Read more: http://dapur-tutorial.blogspot.com/2012/03/cara-mengganti-atau-merubah-tampilan.html#ixzz2DKmBRApq

Pages

Jumat, 30 November 2012

5cm The Movie

Satu lagi film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul 5 CM akan mewarnai dunia perfilman Tanah Air.Film layar lebar dari novel karya Donny Dirgantoro ini mengisahkan tentang perjalanan 5 orang sahabat untu
k mengibarkan sang saka Merah Putih di puncak tertinggi Jawa pada tanggal 17 Agustus.

Perjalanan penuh perjuangan membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Perjuangan menggapai sebuah impian,persahabatan dan cinta.Sebuah perjalanan yang akhirnya mengubah hidup mereka untuk selamanya. Produser Sunil Soraya dari Soraya Intercine Film selaku rumah produksi film ini mengatakan, film 5 CMini sangat berbeda dengan cerita film kebanyakan.Kisah,lokasi, dialognya amat unik,bahkan ceritanya,twist ending. Keseriusan Sunil untuk menggarap film ini terlihat dari deretan aktor dan aktris ternama yang terlibat.

Namanama seperti Herjunot Ali, Pevita Pearce,Denny Sumargo, Igor Saykoji,Raline Shah, dan Fedi Nuril serta sutradara kawakan Rizal Mantovani menghiasi film ini. ”Dari awal saya suka novelnya, tapi hal paling sulit malah saat membuat skripnya.Itu karena novelnya panjang.Mesti tarik ulur,mana adegan yang dipakai dan dibuang,”ujar Sunil kepada SINDOseusai syukuran film 5CMdi Jakarta, beberapa waktu lalu. Tarik ulur penulisan naskah skenario juga dialami sang penulis novel Donny Dirghantoro.”Ini novel pertama dan skenario pertama. Sulit untuk milihadegan.Sempat gebrak-gebrakan meja sama Sunil untuk nentuin mana yang ikut dan yang enggak,”tuturnya.

Donny mengaku banyak rumah produksi yang menginginkan novelnya,namun Soraya dipilih karena memenuhi syarat.”Syaratnya harus syuting di Mahameru.Karena sebelumnya ada PH yang mau, tapi lokasinya diganti bukit. Saya enggak mau dan akhirnya dengan Soraya ini baru mau dan deal,”katanya. Adapun sutradara film 5 CMini Rizal Mantovani,awalnya sempat ragu ketika ditawari menggarap film ini. ”Waktu itu produsernya,Sunil Soraya bilang syutingnya di Semeru.Saya mikir,loh ini beneransyuting di Semeru? Ternyata memang benar kami naik ke sana,ini tantangan bagi saya dan semua yang mendukung film ini,termasuk pemain,”kata Rizal. Rizal menambahkan,semua adegan dalam film ini asli.

”Semua pemainnya benarbenar ikut naik,pakai kaki. Enggak ada yang pakai helikopter,” imbuhnya. Rizal mengaku salut kepada 6 pemain utamanya yang diakui sangat solid dan kuat dalam segi fisik dan mental,yakni Fedi Nuril, Herjunot Ali,(Junot).Denny Sumargo,Igor Saykoji,Pevita Pearce,dan Raline Shah,”Di atas (Semeru) mereka semua luar biasa solid,saya salut.Mereka profesional,”kata Rizal. ● thomasmanggall

Catatan Perjalanan Mahameru Bagian IV (Habis)

Oleh : Adhi Kurniawan
MAHAMERU, SUMMIT ATTACK !!!

Lanjutan : Hari Keempat, Minggu 27 September 2009, Arcopodo 02.30
Inilah saat di mana tekad mengeras menjadi batu. Kami arahkan senter ke atas, sebatas pandangan yang terlihat hanya pasir dan batu. Samasekali tidak terlihat siluet Puncak Mahameru, hanya tampak lereng terjal tak berujung. Kami saling menatap dalam kebisuan, melingkar, lalu berdoa. Doa terakhir sebelum kami memulai bertaruh dengan nasib. Aku tak sanggup lagi mengucapkan doa, aku hanya bisa memohon dalam hati, semoga pendakian ini lancar, kami diberi kemudahan, kekuatan .,dan.,keselamatan.
BISMILLAH.,kami mulai menapakkan kaki di pasir. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah.,pada langkah keempat.,sruuuttttt.,pasir longsor. Kami kembali ke langkah ke dua. Tiga puluh menit awal kejadian seperti ini terus berlanjut. Kami belum mencapai ketinggian yang berarti. Break sebentar, tetap dalam keadaan berdiri karena sudah tidak memungkinkan untuk break dalam keadaan duduk berdekatan. Saat mengecek persediaan air, ternyata kami melakukan kesalahan fatal. Dari 3 botol ukuran 1,5 L yang kami bawa dari Kalimati, hanya satu botol yang terisis penuh, sementara 2 botol lainnya hanya terisi kurang dari setengah. Air di botol kecil yang masing-masing kami bawa sudah menipis, pendakian di Arcopodo telah menguras air kami. Air tersisa kurang dari 3 L, untuk 5 orang. Puncak Mahameru masih jauh tak terlihat di atas sana, sedangkan persediaan air kami taruh di Kalimati.
Dalam keadaan mulai was-was, kami lanjut. Track semakin tak bersahabat. Jalur selebar kurang dari 1m. Persis di kiri kami ada jurang jalur lahar, di sebelah kanan batu-batu besar berserakan. Kami mulai kewalahan, sulit rasanya menjaga keseimbangan tubuh jika tangan memegang senter dan tongkat, tapi tak ada pilihan lain, senter dan tongkat mutlak diperlukan. Jalur pasir lereng Mahameru sangat labil, tiap kita maju tiga atau empat langkah, dua langkah kita merosot lagi. Sejak lahar dingin mengalir beberapa bulan lalu, track pasir menjadi jauh lebih sulit didaki. Ada peringatan : DILARANG MENGINJAK BATU. Memang, akan terasa lebih mantap jika kita jadikan batu-batu menjadi pijakan. Namun, begitu batu itu longsor, nyawa orang yang berada di belakang kita yang menjadi taruhannya. Batu sebesar melon kecil, jika menggelinding dari kemiringan securam ini, kecepatan putarannya minimal dapat membuat patah kaki atau tangan (jika kena kaki atau tangan.,kalau kena kepala? merinding kami membayangkan).
Jam 04.00 langit mulai terang sedikit demi sedikit. Ada garis samar kemerahan di ufuk timur, awan putih segaris di atasnya, dibatasi lereng Mahameru yang masih gelap. Subhanallah….

Jam 04.00 langit mulai terang sedikit demi sedikit. Ada garis samar kemerahan di ufuk timur, awan putih segaris di atasnya, dibatasi lereng Mahameru yang masih gelap. Subhanallah….
Bahkan sebelum sampai puncak pun kami sudah diberi pemandangan seindah itu. Namun, lagi-lagi keadaan menghajar semangat kami. Pasir semakin labil, batu semakin sering longsor. Kecepatan langkah kami jauh menurun, semakin lambat dalam mendaki, energi sudah habis rasanya. Inilah kesalahan kedua kami. Seharusnya sebelum mendaki ke puncak, kalori harus terisi penuh, harus makan berat, setidaknya nasi dan nugget atau sosis. Kami sebelum memulai perjalanan ke puncak, hanya makan coklat dan nastar. Tidak imbang antara asupan kalori dengan kalori yang terbuang.
Langit semakin terang, kami rasa sudah tidak mungkin mendapatkan sunrise di puncak. Tak apa lah, yang penting sampai puncak. Ada serombongan pendaki asing, dari Perancis. Langkah mereka pelan namun stabil. Dengan perlengkapan yang memadai dan postur tubuh yang tinggi besar, tampak mantap mereka menaklukan track pasir.
Jam 06.00, sudah benar-benar terang. Interval barisan kami tidak lagi teratur, Herman dan Destiko sudah jauh di depan. Sementara aku, Tono, dan An**a (sori cuy, nama lu gw sensor lagi, ha5) tertinggal di belakang. Makanan dan minuman ada di daypack yang dibawa Herman dan Destiko. Kesalahan ketiga. Seharusnya tiap orang setidaknya membawa persediaan air dan makanan sedikit, untuk antisipasi jika barisan terpencar seperti ini. Tenagaku sudah habis saat itu, aku ingin makan, harus makan. Tapi Destiko dan Herman sudah menjauh, tak mungkin lagi kami menyusul. Beberapa meter di depan kami, rombongan bule Perancis tadi sedang break, foto-foto dengan DSLR, dan, makan wafer Tango!!! Asemmm…dongkol juga. Namun, Alhamdulillah. Ada juga penolong. Seorang pendaki menawarkan sepotong lapis legit, kami bagi 3, lumayan, sekedar penyambung energi.
Dengan sisa-sisa tenaga aku meneruskan mendaki. Beberapa kali ada batu menggelinding dari atas, kami harus sigap menghindar. Beruntung, orang-orang di depan kami selalu teriak “AWAS BATU.,” atau “ROCK”, jadi ada semacam peringatan untuk menghindar. Saat memandang ke atas.,tak kunjung tampak puncaknya.,ternyata kami masih jauh dari puncak. Di sini adrenalin kami dipacu. Batas antara selamat dan celaka (astagfirullah) sangat tipis. Jurang menganga, batu terus menggelinding ke arah kami, pasir sering longsor. Keselamatan diri kita tidak hanya ditentukan oleh kehati-hatian kita, tapi juga kehati-hatian orang di atas kita.
Jam 07.00, beberapa kali wedhus gembel tampak membumbung, kami harus segera sampai puncak karena semakin siang semakin tidak aman berada di puncak, ada gas belerang. Sinar matahari sudah panas, air menipis. Sekitar 100 meter di depan kami ada semacam tonggak, kami pikir itu tiang triangulasi, penanda puncak ada di situ. Ayo, Dhi.,sedikit lagi. Aku paksakan diriku untuk terus, tak peduli lagi tenaga yang sudah benar-benar habis. Aku maju, berhenti dalam tiap lima langkah, mengambil napas, lalu lanjut. Begitu seterusnya sampai aku mencapai tonggak putih.
Ketika aku sampai di tonggak yang kami kira puncak.,Astagfirullahaladzim.,ternyata itu hanya tonggak penunjuk arah : 200 m lagi puncak! Kami lihat ke atas,.kemiringan semakin tidak masuk akal.,batu-batu luar biasa besar. DI TITIK INI AKU SUDAH TIDAK KUAT LAGI. AKU INGIN MENYERAH. CUKUP BAGIKU. Hal serupa ternyata juga dialami Tono dan An**a, bahkan ada yang hampir menangis. Aku sendiri tidak habis pikir. Kenapa harus sesulit dan seberat ini. Beberapa kali aku mendaki gunung belum pernah aku menyerah ketika akan sampai di puncak seperti ini. Aku berpikir untuk berhenti di sini saja, biarlah keempat temanku yang memuncak, aku tunggu di sini saja.
Lebih dari 15 menit aku duduk. An**a dan Tono sudah mulai jalan. Aku lihat orang-orang yang masih berada jauh di bawah. Tampak sebagian kelelahan,tapi tak sedikit juga yang masih tampak semangat. Tiba-tiba aku ingat IAN, temanku sejak SMA, (nama yang sama dengan salah satu tokoh di 5cm,.entah kebetulan atau tidak). Aku ingat sms-nya yang terakhir sebelum aku berangkat : “Amin. Salam buat Mahameru. Ingin rasanya aku memelukmu kawan. Melepaskan rasa haruku. Sukses bro.,doa kami menyertaimu”. Deg.,aku tertegun. Ian begitu ingin mendaki Semeru, namun tidak bisa ikut karena suatu hal.
Di titik ini fisikku sudah habis. Mentalku sudah runtuh. Yang aku miliki hanyalah harapan, harapan yang semakin lama semakin tipis. Pernah kubaca potongan quote di 5 cm “…lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja.,dan mulut yang tak pernah berhenti berdoa…”. Tiba-tiba 200 meter terasa dekat saja. Untuk sebuah harapan, untuk mereka yang aku sayangi, untuk mereka yang selalu menjadi sahabat-sahabat terbaik. Aku tak peduli lagi dengan sakit di kedua kaki, tak peduli lagi dengan semua. Hanya ada satu yang ada pikiranku saat itu : Mahameru. Aku berdoa.,Ya ALLAH berilah aku kesempatan.,berilah aku kekuatan.,sekali ini saja Ya ALLAH. Setelah itu aku mendaki tidak hanya dengan dua kaki, tapi juga dengan dua tangan dan dagu.
Aku mulai melangkah.,satu.,dua.,tiga.,empat langkah.,lalu merosot.,aku tak peduli.,lanjut terus.,aku tidak mau kalah.,sudah terlanjur sampai di sini. Ada 3 pendaki yang baru saja turun dari puncak.,dia menyemangati.,ayo mas, dikit lagi puncak.,udah pada nungguin tu. Aku hanya bisa tersenyum. Terus.,dan terus kuayunkan langkah. Dua puluh menit aku berjalan. Di depan sudah tidak tampak tumpukan pasir.,hanya sebongkah batu.,lalu langit biru. Aku yakin.,puncak pasti di balik batu itu.,tak terlihat dari bawah karena tertutup batu. Sekitar 25 meter dari tempatku sekarang. Sedikit lagi kataku. Aku terus berjalan.,20 m.,10 m.,batu.,daaaaaaaaaaannnnnnnnnnnn.,aku lihat ujung merah putih berkibar di sebatang tongkat.,aku berjalan di tanjakan terakhir.,aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.,
Akhirnya.,kulihat hamparan pasir luas itu.,hamparan yang hanya dibatasi langit dan awan di sekelilingnya. Hamparan pasir yang ada merah putih berkibar di situ. Hamparan pasir tempat di mana orang-orang menaruh mimpi mereka. Ya, MAHAMERU. Minggu, 27 September 2009, jam 08.00 aku berhasil mencapai Puncak Mahameru. ALLAH menjawab doaku.,untuk bisa berdiri di tempat tertinggi di tanah Jawa. ALHAMDULILLAH ya Robb.,aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Lalu aku berjalan mendekat ke teman-teman yang sudah sampai beberapa waktu sebelumnya.,Herman, Destiko, Tono, Angga (oke cuy.,karena udah nyampe puncak, nama lu gak gw sensor lagi.,ha5). Kami saling bersalaman.,bahwa perjuangan kami berakhir manis. Kami berlima baru kenal di jeep saat menuju Ranupane dari Tumpang,.tapi di sini kami dipersatukan oleh harapan dan tekad tak kenal lelah untuk Mahameru (thanks bro for this story). Kami segera foto-foto, sedikit tergesa karena jam 09.00 kami harus turun dari puncak.
Pemandangan yang aku lihat sungguh luar biasa.,jauh di sebelah utara terlihat tipis garis pantai utara Jawa.,jauh di sebelah selatan terlihat tipis garis pantai selatan Jawa.,dari Mahameru kami bisa melihat ujung utara dan selatan Pulau Jawa.,tampak asap membumbung dari kawah Bromo.,tampak puncak-puncak Arjuna,.Argopuro.,SUBHANALLAH.,kita harus bersyukur bahwa ALLAH menciptakan alam seindah ini di negeri kita tercinta.
Mahameru adalah tanah lapang luas berpasir dan berbatu, dengan kawah jonggring saloka di salah satu ujungnya. Mahameru berada pada ketinggian 3676 mdpl, tertinggi di jawa. Tampak bendera-bendera di pasang di beberapa tempat.
Semakin beringas saja kami berfoto.,jepret sana.,jepret sini.,kami tidak ingin kehilangan momen.,he3.,kami pasang merah putih di tongkat.,aku pasangkan dengan syal Jaga Bhumi.,sayang tidak ada bendera Ikasa.,jika ada pasti akan kami kibarkan di sini.
Tiba-tiba terdengar suara kretekk.,kretekk.,sedikit ada getaran.,lalu.,whussssss.,keluarlah wedhus gembel dari kawah Jonggring Saloka.,putih.,membentuk cendawan.,semakin ke atas.,semakin tinggi.,lalu meluas seperti awan. Sebelum jam 10.00, angin akan mengarahkan asap wedhus gembel ke arah Lumajang.,menjauhi jalur pendakian. Namun lebih dari itu, angin berhembus ke arah sebaliknya.,ke arah pendaki. Oleh karena itu, setelah jam 10.00 sangat berbahaya untuk berada di Mahameru.
Di salah satu tempat di Mahameru, ada monumen untuk mengenang Soe Hok Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI).,mereka adalah korban meninggal yang tercatat pertama kali.,16 Desember 1969.,ada tulisan di situ : “Yang mencintai udara jernih. Yang mencintai terbang burung-burung. Yang mencintai keleluasaan dan kebebasan. Yang mencintai bumi. Mereka mendaki ke puncak gunung-gunung. Mereka tengadah dan berkata, ke sanalah Soe Hok Gie dan Idhan Lubis pergi. Kembali ke pangkuan bintang-bintang. Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi. Sementara saputangan menahan tangis. Sementara Desember menabur gerimis”. Tak lupa kami mendoakan mereka yang telah meninggal di Mahameru. Semoga semangat mereka selalu hidup di hati orang-orang yang mereka cintai, selalu hidup di hati orang-orang yang tak pernah menyerah.
“Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tetapi mati muda dan yang tersial adalah yang berumur tua. Berbahagialah mereka yang mati muda. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu (Soe Hok Gie)”.
Selanjutnya kami berdiri melingkar.,berdoa dan mengucap syukur.,betapa luar biasa anugerah ALLAH kepada kami.,atas kesempatan ini. Jam 09.00 kami turun dari Mahameru. Mimpi telah kami gapai, harapan telah kami bayar lunas, dan tekad telah berbuah manis. Tak henti-hentinya kami bersyukur atas kesempatan ini. Mahameru telah memberikan banyak hal.
Aku mengerti sekarang.,bahwa mendaki gunung sesungguhnya bukanlah untuk menaklukan puncaknya.,tetapi untuk menaklukan diri kita sendiri.,agar jangan menyerah oleh hati yang lemah.,tekad yang setengah-setengah.,dan mimpi yang tak tentu arah. Satu kata : ISTIQOMAH. Aku telah memasang Mahameru 5cm di depan dahi, dan sekarang aku telah mencapainya. Harus kita kejar dan kita perjuangkan mimpi-mimpi kita lainnya. Mimpi-mimpi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
Aku persembahkan Mahameru untuk orang-orang yang aku sayangi dan aku cintai. Untuk mereka.,untuk dia.,yang lembut hatinya. 

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/news/film-5-cm-angkat-keindahan-gunung-semeru http://5cm-legacy.com/blog/2009/12/catatan-perjalanan-mahameru-bagian-iv-habis/#more-244


2 komentar: