Satu lagi film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul 5 CM akan
mewarnai dunia perfilman Tanah Air.Film layar lebar dari novel karya
Donny Dirgantoro ini mengisahkan tentang perjalanan 5 orang sahabat
untu
k mengibarkan sang saka Merah Putih di puncak tertinggi Jawa pada
tanggal 17 Agustus.Perjalanan penuh perjuangan membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Perjuangan menggapai sebuah impian,persahabatan dan cinta.Sebuah perjalanan yang akhirnya mengubah hidup mereka untuk selamanya. Produser Sunil Soraya dari Soraya Intercine Film selaku rumah produksi film ini mengatakan, film 5 CMini sangat berbeda dengan cerita film kebanyakan.Kisah,lokasi, dialognya amat unik,bahkan ceritanya,twist ending. Keseriusan Sunil untuk menggarap film ini terlihat dari deretan aktor dan aktris ternama yang terlibat.
Namanama seperti Herjunot Ali, Pevita Pearce,Denny Sumargo, Igor Saykoji,Raline Shah, dan Fedi Nuril serta sutradara kawakan Rizal Mantovani menghiasi film ini. ”Dari awal saya suka novelnya, tapi hal paling sulit malah saat membuat skripnya.Itu karena novelnya panjang.Mesti tarik ulur,mana adegan yang dipakai dan dibuang,”ujar Sunil kepada SINDOseusai syukuran film 5CMdi Jakarta, beberapa waktu lalu. Tarik ulur penulisan naskah skenario juga dialami sang penulis novel Donny Dirghantoro.”Ini novel pertama dan skenario pertama. Sulit untuk milihadegan.Sempat gebrak-gebrakan meja sama Sunil untuk nentuin mana yang ikut dan yang enggak,”tuturnya.
Donny mengaku banyak rumah produksi yang menginginkan novelnya,namun Soraya dipilih karena memenuhi syarat.”Syaratnya harus syuting di Mahameru.Karena sebelumnya ada PH yang mau, tapi lokasinya diganti bukit. Saya enggak mau dan akhirnya dengan Soraya ini baru mau dan deal,”katanya. Adapun sutradara film 5 CMini Rizal Mantovani,awalnya sempat ragu ketika ditawari menggarap film ini. ”Waktu itu produsernya,Sunil Soraya bilang syutingnya di Semeru.Saya mikir,loh ini beneransyuting di Semeru? Ternyata memang benar kami naik ke sana,ini tantangan bagi saya dan semua yang mendukung film ini,termasuk pemain,”kata Rizal. Rizal menambahkan,semua adegan dalam film ini asli.
”Semua pemainnya benarbenar ikut naik,pakai kaki. Enggak ada yang pakai helikopter,” imbuhnya. Rizal mengaku salut kepada 6 pemain utamanya yang diakui sangat solid dan kuat dalam segi fisik dan mental,yakni Fedi Nuril, Herjunot Ali,(Junot).Denny Sumargo,Igor Saykoji,Pevita Pearce,dan Raline Shah,”Di atas (Semeru) mereka semua luar biasa solid,saya salut.Mereka profesional,”kata Rizal. ● thomasmanggall
Catatan Perjalanan Mahameru Bagian IV (Habis)
Oleh : Adhi Kurniawan
MAHAMERU, SUMMIT ATTACK !!!
Lanjutan : Hari Keempat, Minggu 27 September 2009, Arcopodo 02.30
Inilah saat di mana tekad mengeras menjadi batu. Kami arahkan senter
ke atas, sebatas pandangan yang terlihat hanya pasir dan batu.
Samasekali tidak terlihat siluet Puncak Mahameru, hanya tampak lereng
terjal tak berujung. Kami saling menatap dalam kebisuan, melingkar, lalu
berdoa. Doa terakhir sebelum kami memulai bertaruh dengan nasib. Aku
tak sanggup lagi mengucapkan doa, aku hanya bisa memohon dalam hati,
semoga pendakian ini lancar, kami diberi kemudahan, kekuatan
.,dan.,keselamatan.
BISMILLAH.,kami mulai menapakkan kaki di pasir. Satu langkah, dua
langkah, tiga langkah.,pada langkah keempat.,sruuuttttt.,pasir longsor.
Kami kembali ke langkah ke dua. Tiga puluh menit awal kejadian seperti
ini terus berlanjut. Kami belum mencapai ketinggian yang berarti. Break
sebentar, tetap dalam keadaan berdiri karena sudah tidak memungkinkan
untuk break dalam keadaan duduk berdekatan. Saat mengecek persediaan
air, ternyata kami melakukan kesalahan fatal. Dari 3 botol ukuran 1,5 L
yang kami bawa dari Kalimati, hanya satu botol yang terisis penuh,
sementara 2 botol lainnya hanya terisi kurang dari setengah. Air di
botol kecil yang masing-masing kami bawa sudah menipis, pendakian di
Arcopodo telah menguras air kami. Air tersisa kurang dari 3 L, untuk 5
orang. Puncak Mahameru masih jauh tak terlihat di atas sana, sedangkan
persediaan air kami taruh di Kalimati.
Dalam keadaan mulai was-was, kami lanjut. Track semakin tak
bersahabat. Jalur selebar kurang dari 1m. Persis di kiri kami ada jurang
jalur lahar, di sebelah kanan batu-batu besar berserakan. Kami mulai
kewalahan, sulit rasanya menjaga keseimbangan tubuh jika tangan memegang
senter dan tongkat, tapi tak ada pilihan lain, senter dan tongkat
mutlak diperlukan. Jalur pasir lereng Mahameru sangat labil, tiap kita
maju tiga atau empat langkah, dua langkah kita merosot lagi. Sejak lahar
dingin mengalir beberapa bulan lalu, track pasir menjadi jauh lebih
sulit didaki. Ada peringatan : DILARANG MENGINJAK BATU. Memang, akan
terasa lebih mantap jika kita jadikan batu-batu menjadi pijakan. Namun,
begitu batu itu longsor, nyawa orang yang berada di belakang kita yang
menjadi taruhannya. Batu sebesar melon kecil, jika menggelinding dari
kemiringan securam ini, kecepatan putarannya minimal dapat membuat patah
kaki atau tangan (jika kena kaki atau tangan.,kalau kena kepala?
merinding kami membayangkan).
Jam 04.00 langit mulai terang sedikit demi sedikit. Ada garis samar
kemerahan di ufuk timur, awan putih segaris di atasnya, dibatasi lereng
Mahameru yang masih gelap. Subhanallah….
Jam 04.00 langit mulai terang sedikit demi sedikit. Ada garis samar
kemerahan di ufuk timur, awan putih segaris di atasnya, dibatasi lereng
Mahameru yang masih gelap. Subhanallah….
Bahkan sebelum sampai puncak pun kami sudah diberi pemandangan
seindah itu. Namun, lagi-lagi keadaan menghajar semangat kami. Pasir
semakin labil, batu semakin sering longsor. Kecepatan langkah kami jauh
menurun, semakin lambat dalam mendaki, energi sudah habis rasanya.
Inilah kesalahan kedua kami. Seharusnya sebelum mendaki ke puncak,
kalori harus terisi penuh, harus makan berat, setidaknya nasi dan nugget
atau sosis. Kami sebelum memulai perjalanan ke puncak, hanya makan
coklat dan nastar. Tidak imbang antara asupan kalori dengan kalori yang
terbuang.
Langit semakin terang, kami rasa sudah tidak mungkin mendapatkan
sunrise di puncak. Tak apa lah, yang penting sampai puncak. Ada
serombongan pendaki asing, dari Perancis. Langkah mereka pelan namun
stabil. Dengan perlengkapan yang memadai dan postur tubuh yang tinggi
besar, tampak mantap mereka menaklukan track pasir.
Jam 06.00, sudah benar-benar terang. Interval barisan kami tidak lagi
teratur, Herman dan Destiko sudah jauh di depan. Sementara aku, Tono,
dan An**a (sori cuy, nama lu gw sensor lagi, ha5) tertinggal di
belakang. Makanan dan minuman ada di daypack yang dibawa Herman dan
Destiko. Kesalahan ketiga. Seharusnya tiap orang setidaknya membawa
persediaan air dan makanan sedikit, untuk antisipasi jika barisan
terpencar seperti ini. Tenagaku sudah habis saat itu, aku ingin makan,
harus makan. Tapi Destiko dan Herman sudah menjauh, tak mungkin lagi
kami menyusul. Beberapa meter di depan kami, rombongan bule Perancis
tadi sedang break, foto-foto dengan DSLR, dan, makan wafer Tango!!!
Asemmm…dongkol juga. Namun, Alhamdulillah. Ada juga penolong. Seorang
pendaki menawarkan sepotong lapis legit, kami bagi 3, lumayan, sekedar
penyambung energi.
Dengan sisa-sisa tenaga aku meneruskan mendaki. Beberapa kali ada
batu menggelinding dari atas, kami harus sigap menghindar. Beruntung,
orang-orang di depan kami selalu teriak “AWAS BATU.,” atau “ROCK”, jadi
ada semacam peringatan untuk menghindar. Saat memandang ke atas.,tak
kunjung tampak puncaknya.,ternyata kami masih jauh dari puncak. Di sini
adrenalin kami dipacu. Batas antara selamat dan celaka (astagfirullah)
sangat tipis. Jurang menganga, batu terus menggelinding ke arah kami,
pasir sering longsor. Keselamatan diri kita tidak hanya ditentukan oleh
kehati-hatian kita, tapi juga kehati-hatian orang di atas kita.
Jam 07.00, beberapa kali wedhus gembel tampak membumbung, kami harus
segera sampai puncak karena semakin siang semakin tidak aman berada di
puncak, ada gas belerang. Sinar matahari sudah panas, air menipis.
Sekitar 100 meter di depan kami ada semacam tonggak, kami pikir itu
tiang triangulasi, penanda puncak ada di situ. Ayo, Dhi.,sedikit lagi.
Aku paksakan diriku untuk terus, tak peduli lagi tenaga yang sudah
benar-benar habis. Aku maju, berhenti dalam tiap lima langkah, mengambil
napas, lalu lanjut. Begitu seterusnya sampai aku mencapai tonggak
putih.
Ketika aku sampai di tonggak yang kami kira
puncak.,Astagfirullahaladzim.,ternyata itu hanya tonggak penunjuk arah :
200 m lagi puncak! Kami lihat ke atas,.kemiringan semakin tidak masuk
akal.,batu-batu luar biasa besar. DI TITIK INI AKU SUDAH TIDAK KUAT
LAGI. AKU INGIN MENYERAH. CUKUP BAGIKU. Hal serupa ternyata juga dialami
Tono dan An**a, bahkan ada yang hampir menangis. Aku sendiri tidak
habis pikir. Kenapa harus sesulit dan seberat ini. Beberapa kali aku
mendaki gunung belum pernah aku menyerah ketika akan sampai di puncak
seperti ini. Aku berpikir untuk berhenti di sini saja, biarlah keempat
temanku yang memuncak, aku tunggu di sini saja.
Lebih dari 15 menit aku duduk. An**a dan Tono sudah mulai jalan. Aku
lihat orang-orang yang masih berada jauh di bawah. Tampak sebagian
kelelahan,tapi tak sedikit juga yang masih tampak semangat. Tiba-tiba
aku ingat IAN, temanku sejak SMA, (nama yang sama dengan salah satu
tokoh di 5cm,.entah kebetulan atau tidak). Aku ingat sms-nya yang
terakhir sebelum aku berangkat : “Amin. Salam buat Mahameru. Ingin
rasanya aku memelukmu kawan. Melepaskan rasa haruku. Sukses bro.,doa
kami menyertaimu”. Deg.,aku tertegun. Ian begitu ingin mendaki Semeru,
namun tidak bisa ikut karena suatu hal.
Di titik ini fisikku sudah habis. Mentalku sudah runtuh. Yang aku
miliki hanyalah harapan, harapan yang semakin lama semakin tipis. Pernah
kubaca potongan quote di 5 cm “…lapisan tekad yang seribu kali lebih
kuat dari baja.,dan mulut yang tak pernah berhenti berdoa…”. Tiba-tiba
200 meter terasa dekat saja. Untuk sebuah harapan, untuk mereka yang aku
sayangi, untuk mereka yang selalu menjadi sahabat-sahabat terbaik. Aku
tak peduli lagi dengan sakit di kedua kaki, tak peduli lagi dengan
semua. Hanya ada satu yang ada pikiranku saat itu : Mahameru. Aku
berdoa.,Ya ALLAH berilah aku kesempatan.,berilah aku kekuatan.,sekali
ini saja Ya ALLAH. Setelah itu aku mendaki tidak hanya dengan dua kaki,
tapi juga dengan dua tangan dan dagu.
Aku mulai melangkah.,satu.,dua.,tiga.,empat langkah.,lalu
merosot.,aku tak peduli.,lanjut terus.,aku tidak mau kalah.,sudah
terlanjur sampai di sini. Ada 3 pendaki yang baru saja turun dari
puncak.,dia menyemangati.,ayo mas, dikit lagi puncak.,udah pada nungguin
tu. Aku hanya bisa tersenyum. Terus.,dan terus kuayunkan langkah. Dua
puluh menit aku berjalan. Di depan sudah tidak tampak tumpukan
pasir.,hanya sebongkah batu.,lalu langit biru. Aku yakin.,puncak pasti
di balik batu itu.,tak terlihat dari bawah karena tertutup batu. Sekitar
25 meter dari tempatku sekarang. Sedikit lagi kataku. Aku terus
berjalan.,20 m.,10 m.,batu.,daaaaaaaaaaannnnnnnnnnnn.,aku lihat ujung
merah putih berkibar di sebatang tongkat.,aku berjalan di tanjakan
terakhir.,aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi.,
Akhirnya.,kulihat hamparan pasir luas itu.,hamparan yang hanya
dibatasi langit dan awan di sekelilingnya. Hamparan pasir yang ada merah
putih berkibar di situ. Hamparan pasir tempat di mana orang-orang
menaruh mimpi mereka. Ya, MAHAMERU. Minggu, 27 September 2009, jam 08.00
aku berhasil mencapai Puncak Mahameru. ALLAH menjawab doaku.,untuk bisa
berdiri di tempat tertinggi di tanah Jawa. ALHAMDULILLAH ya Robb.,aku
tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Lalu aku berjalan mendekat ke teman-teman yang sudah sampai beberapa
waktu sebelumnya.,Herman, Destiko, Tono, Angga (oke cuy.,karena udah
nyampe puncak, nama lu gak gw sensor lagi.,ha5). Kami saling
bersalaman.,bahwa perjuangan kami berakhir manis. Kami berlima baru
kenal di jeep saat menuju Ranupane dari Tumpang,.tapi di sini kami
dipersatukan oleh harapan dan tekad tak kenal lelah untuk Mahameru
(thanks bro for this story). Kami segera foto-foto, sedikit tergesa
karena jam 09.00 kami harus turun dari puncak.
Pemandangan yang aku lihat sungguh luar biasa.,jauh di sebelah utara
terlihat tipis garis pantai utara Jawa.,jauh di sebelah selatan terlihat
tipis garis pantai selatan Jawa.,dari Mahameru kami bisa melihat ujung
utara dan selatan Pulau Jawa.,tampak asap membumbung dari kawah
Bromo.,tampak puncak-puncak Arjuna,.Argopuro.,SUBHANALLAH.,kita harus
bersyukur bahwa ALLAH menciptakan alam seindah ini di negeri kita
tercinta.
Mahameru adalah tanah lapang luas berpasir dan berbatu, dengan kawah
jonggring saloka di salah satu ujungnya. Mahameru berada pada ketinggian
3676 mdpl, tertinggi di jawa. Tampak bendera-bendera di pasang di
beberapa tempat.
Semakin beringas saja kami berfoto.,jepret sana.,jepret sini.,kami
tidak ingin kehilangan momen.,he3.,kami pasang merah putih di
tongkat.,aku pasangkan dengan syal Jaga Bhumi.,sayang tidak ada bendera
Ikasa.,jika ada pasti akan kami kibarkan di sini.
Tiba-tiba terdengar suara kretekk.,kretekk.,sedikit ada
getaran.,lalu.,whussssss.,keluarlah wedhus gembel dari kawah Jonggring
Saloka.,putih.,membentuk cendawan.,semakin ke atas.,semakin tinggi.,lalu
meluas seperti awan. Sebelum jam 10.00, angin akan mengarahkan asap
wedhus gembel ke arah Lumajang.,menjauhi jalur pendakian. Namun lebih
dari itu, angin berhembus ke arah sebaliknya.,ke arah pendaki. Oleh
karena itu, setelah jam 10.00 sangat berbahaya untuk berada di Mahameru.
Di salah satu tempat di Mahameru, ada monumen untuk mengenang Soe Hok
Gie dan Idhan Lubis (Mapala UI).,mereka adalah korban meninggal yang
tercatat pertama kali.,16 Desember 1969.,ada tulisan di situ : “Yang
mencintai udara jernih. Yang mencintai terbang burung-burung. Yang
mencintai keleluasaan dan kebebasan. Yang mencintai bumi. Mereka mendaki
ke puncak gunung-gunung. Mereka tengadah dan berkata, ke sanalah Soe
Hok Gie dan Idhan Lubis pergi. Kembali ke pangkuan bintang-bintang.
Sementara bunga-bunga negeri ini tersebar sekali lagi. Sementara
saputangan menahan tangis. Sementara Desember menabur gerimis”. Tak lupa
kami mendoakan mereka yang telah meninggal di Mahameru. Semoga semangat
mereka selalu hidup di hati orang-orang yang mereka cintai, selalu
hidup di hati orang-orang yang tak pernah menyerah.
“Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua dilahirkan
tetapi mati muda dan yang tersial adalah yang berumur tua. Berbahagialah
mereka yang mati muda. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada.
Berbahagialah dalam ketiadaanmu (Soe Hok Gie)”.
Selanjutnya kami berdiri melingkar.,berdoa dan mengucap
syukur.,betapa luar biasa anugerah ALLAH kepada kami.,atas kesempatan
ini. Jam 09.00 kami turun dari Mahameru. Mimpi telah kami gapai, harapan
telah kami bayar lunas, dan tekad telah berbuah manis. Tak
henti-hentinya kami bersyukur atas kesempatan ini. Mahameru telah
memberikan banyak hal.
Aku mengerti sekarang.,bahwa mendaki gunung sesungguhnya bukanlah
untuk menaklukan puncaknya.,tetapi untuk menaklukan diri kita
sendiri.,agar jangan menyerah oleh hati yang lemah.,tekad yang
setengah-setengah.,dan mimpi yang tak tentu arah. Satu kata : ISTIQOMAH.
Aku telah memasang Mahameru 5cm di depan dahi, dan sekarang aku telah
mencapainya. Harus kita kejar dan kita perjuangkan mimpi-mimpi kita
lainnya. Mimpi-mimpi untuk mencapai sesuatu yang lebih baik.
Aku persembahkan Mahameru untuk orang-orang yang aku sayangi dan aku cintai. Untuk mereka.,untuk dia.,yang lembut hatinya.
Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/news/film-5-cm-angkat-keindahan-gunung-semeru http://5cm-legacy.com/blog/2009/12/catatan-perjalanan-mahameru-bagian-iv-habis/#more-244
wah,,,,Film Baru nihh... kerenn
BalasHapusPasti,tunggu aja tanggal mainnya !
BalasHapus